09 Juli, 2009

KARYA PENTAGONA+

ZIRWEN W HAZRY, "Telunjuk Merah", akrilik di kanvas, 200x200 cm, 2008


NASRUL, "Pancang Emas Di Batas Cakrawala", cat minyak di kanvas, 145x145 cm,2007


IRWANDI,"Tangan Hitam", 80x80 cm, akrilik di kanvas, 2004


HERISMAN TOJES,"Kelok 9",cat minyak di kanvas


AMRIANIS, "Eksplodasi",akrilik di kanvas


DWI AUGUSTYONO (OON), "Red In Jaws",125x125 cm, catminyak di kanvas, 2003

Karya Pentagona+

Irwandi



Zirwen W Hazry



Amrianis



Nasrul



Dwi Augustyono (oon)




Harisman Tojes





"Koor PENTAGONA+"
(Posting ini anggap aja analisis seorang Kurator Bodoh Sok TU :)
Bertempat di galeri seni Taman Budaya Sumatera barat, Senin 4 Juni 2007,berlangsung sebuah pameran lukisan bertajuk Koor PENTAGONA+. Pameran indiselenggarakan oleh sejumlah perupa muda Sumatera Barat yang tergabungdalam komunitas Pentagona+.
Awalnya, komunitas ini hanya beranggotakanAmrianis, Dwi Agustyono, Herismen Tojes, Irwandi & Zirwen Hezy.Belakangan, diimbuhkan simbol + untuk menasbihkan masuknya Nasrul ke dalamkomunitas ini.Dilihat dari aliran seni, para perupa ini bisa dianggap tidak satu warna "suara."
Amrianis cenderung pada corak surrealis. Dwi yang kubistis bisa dipastikan cenderung abstrak. Tojes juga seorang surrealis. Tapi berbeda dengan Amrianis, Tojes lebih cenderung menggunakan warna-warna cerah pada objek lukisannya kali ini. Gradasi warna yang ditampilkan cenderung lebih transformatif dengan kecenderungan menguat di bagian tengah. Mungkin ini dipengaruhi oleh tema feminimitas yang diusungnya kali ini. Sementara Amrianis mengangkat tema yang lebih kuat: politik ! Baik itu berarti relasikekuasaan ataupun relasi sosial yang cenderung mengungkung.
Irwandi cenderung pada abstrak, tapi dengan penggunaan warna-warna cerah, gradasi warna yang lebih sublim ketimbang Tojes. Nasrul dengan lukisannya yang bertema "Pancang Emas di Batas Cakrawala," keliatan sekali melukis dengan gaya kaligrafer, meski tak satu huruf arab pun yang tampak.
Zirwen satu-satunya perupa realis di komunitas ini. Gaya lukisannya amat indie. seperti mencuri realitas dari tempat asalnya dan menempatkannya ke realitas yang ada dalam gundah hatinya.Abstrak - surrealism - realism - surrealism kaligrafis. Koor yang indah !(Hiks, posting ini pengennya lebih panjang, tapi berhubung lagi banyak tugas, ya seadanya. )Silahkan nikmati foto-fotonya

pejalanhujan.blogspot.com/.../pameran-lukisan-pentagona.html





Koor Pentagona +

Oleh Erianto Anas
Kamis, 07 Juni 2007 20:45:24

Lazimnya, Koor merupakan istilah yang dinisbatkan pada kelompok paduan suara (vocal group), dimana para pesertanya saling melantunkan suara, nada, rasa, bahkan gerak bila perlu, secara bersama. Keragaman warna, tipe dan teknik pengolahan suara mereka sengaja ditata dalam satu arah, nilai dan citra tertentu.
Dalam pameran ini, koor juga dimaksudkan dalam pengertian senada. Keenam personil kelompok seni Pentagona+ ini (Amrianis, Dwi Agustyono, Herisman Tojes, Irwandi, Nasrul dan Zirwen Hazry) menggelar masing-masing karyanya dalam satu tatanan visual. Tetapi Koor Pentagona+ di sini bukan berarti meniadakan keragaman menjadi satu rupa tunggal, dan juga bukan hadir untuk saling menabrak. Koor di sini identik dengan pengelolaan sebuah pluralisme kreativitas. Segenap perbedaan dan keragaman ungkapan estetik ke enam perupa ini sengaja di tampilkan menjadi satu harmoni. Hasilnya bisa membentuk sebuah bentangan keragaman dan kekayaan rupa yang saling melengkapi, saling mengisi dan membangun satu tatanan visual secara menyeluruh.
Sejalan dengan itu, Pameran Lukisan Koor Pentagona+ ini juga dimaklumi sebagai sebuah perayaan kebebasan kreativitas para seniman rupa ini. Setiap ungkapan visual mereka, dengan kecendrungan yang amat personal sekalipun, mendapat tempat, apresiasi dan pengakuan yang setara. Ini berarti bahwa hegemoni apalagi keangkuhan gaya tertentu tidak lagi mendapat tempat. Artinya dari sudut kreativitas, posisi mereka tetap berada di wilayah privatnya masing-masing. Tetapi dari bingkai (tema) pameran ini, mereka tentu berada di luar cangkang personalnya. Segenap keunikan dan keragaman mereka mencair, saling mengisi ruang-ruang visual yang dibangun secara bersama. Jadi Koor di sini pada prinsipnya lebih mengacu pada inti semangat bahwa mereka sama-sama aktif berproses, mengeskpresikan ungkapan estetiknya, mencipta karya rupa, dan secara akumulatif berarti sama-sama melantunkan sebuah irama rupa, sebuah paduan visual secara bersama.
***
Amrianis
Seperti biasa, umumnya karya-karya Amrianis menunjukkan kecendrungan pada corak surrealis. Bentangan realitas yang digambarkan bukan lagi dalam setting landscape biasa, sebagaimana lazimnya dalam kenyataan sehari-hari. Berbagai aspek yang menjadi ciri realitas sehari-hari (seperti perspektif dan relasi antar objek) sudah ditata dengan cara baru, sesuai citra dan kehendak perupa, yang pada intinya konsekuensi dari visualisasi pesan yang hendak diusung. Meminjam ungkapannya sendiri: sebagai media komunikasi, sebuah karya seni rupa (murni) mesti mengusung sebuah isu. Apa artinya sebuah karya jika tidak menyatakan apa-apa?
Pada pameran ini karya-karyanya tampil dengan judul Tetaer Malin Kundang, Hegemokrat, Sisa yang Tersisa, dan Rayuan Pulau Kelapa. Secara visual, tampaknya ada semacam metamorfosis (perubahan bentuk dan tampilan) pada karya-karya ini. Mulai dari kehadiran objek yang cukup riuh, sedikit heroik, full area, full colour, secara berangsur-angsur pada karya berikutnya tampak makin menyusut dan pada karya terakhir malah menjadi sangat minimal (dengan komposisi yang juga tidak lazim). Meskipun bisa dianggap sebagai sikap dan konsepsi kekaryaan yang belum terstruktur dan konsisten, ini tentu sesuatu yang bisa dipahami dan tidak terelakkan dalam sebuah proses kreatif, yang lazimnya memang selalu gerah dan aktif mencari hal-hal baru.
Pada intinya karya-karya Amrianis ini menyorot berbagai kesenjangan dan kritik sosial politik. Teater Malin Kundang misalnya, merupakan sebuah gugatan atas wacana Malin Kundang yang lazim dipahami selama ini. Di sini, Amrianis menggambarkan bahwa kisah Malin Kundang bukanlah kisah kedurhakaan seorang anak, melainkan sebuah perebutan kekuasaan bahkan pertarungan antar seorang ibu dan isteri terhadap si Malin. Kemudian pada Hegemokrat, ia mengambarkan sebuah stratafikasi posisi tawar. Sebuah isu demokrasi, birokrasi, otoritas dan sejenisnya pada intinya tak lebih dari sebuah hegemoni atas lapisan yang posisi tawarnya rendah bahkan tertindas. Dan pada Sisa dari yang Tersisa tampak melambangkan sebuah keprihatinan terhadap kesenjangan sosial yang amat tajam dan tidak manusiawi, yang digambarkan dengan seorang perempuan tua (simbolisasi kaum marginal) yang hanya menyauk, mengais sisa-sisa dari yang tersisa.
.
Dwi Agustyono
Perupa yang muncul sejak tahun 2000 ini tergolong amat produktif. Hingga kini jumlah karyanya sudah mencapai hitungan lebih dari 100. Secara visual, umumnya karya-karyanya tampak sangat molek. Ini ditunjang oleh permainan warnanya yang segar dan komposisi objek yang dinamis. Tampilan karya-karyanya seakan menggambarkan begitu asyiknya ia mengutak-atik bentuk-bentuk sederhana (seperti kubus, bola-bola, tabung, pipa, tali temali dan sejenisnya) sebagai objek utama karya-karynya. Namun demikian bukan berarti serta merta karya-karyanya juga bermakna sederhana. Justru di balik objek-abjek sederhana itu bercokol berbagai imajinasi, gegasan, refleksi bahkan juga kritik sosial yang cukup pedas.
Kali ini karya-karyanya tampil dengan judul Kehilangan Hakikat dan Well Come. Judul karya ini menyiratkan sebuah refleksi yang cukup dalam. Pada hal secara visual, karya ini menggambarkan permainan bulatan-bulatan, tabung, jaringan pipa, dan deformasi sebagian anatomi tubuh manusia. Tetapi itulah bahasa visual khas milik Dwi Agustyono. Semua itu merupakan setumpuk simbol, rangkaian jejaring semiotik yang mengandung pesan yang tidak sederhana. Kedua karya ini merupakan abstraksi dari kritik atas sikap dan prilaku yang tidak pada tempatnya dalam menilai, menghargai dan menempatkan sesuatu yang amat vital dan berharga dalam kehidupan sosial masyarakat. Pada Kehilangan hakikat misalnya, digambarkan betapa suatu bagian yang amat berharga sekali pun bila di sia-siakan pada hakikatnya juga kesia-siaan bagi yang lainnya. Begitu juga pada Well Come, sebuah tema yang amat kontekstual, yang menyorot betapa tidak strategisnya posisi dan keberadaan patung selamat datang di Jakarta saat ini karena telah tersembunyi di balik lalu lintas jalan layang yang melayang ke sana kemari di angkasa.

Herisman Tojes
Berbeda dengan sosoknya yang tegap, umumnya karya-karya perupa ini justu menampilkan kesan yang lembut, baik dari segi warna, goresan maupun iramanya. Meskipun sudah aktif berkarya sejak tahun 1980, kesan itu tetap tergambar pada karya-karyanya hingga hari ini.
Kali ini ia tampil dengan karyanya yang berjudul Selaput Terawang Putih #2, Denyut, dan Legislasi. Tampilan karya-karya ini seakan menunjukkan kecendrungan Tojes yang kian minimal. Hanya ada setumpuk objek ditengah bidang kanvas. Latar yang biasanya terbagi dalam bidang-bidang liris cukup ramai, kini hanya dibagi menjadi beberapa bidang besar, dengan gradasi warna yang nyaris sama. Secara keseluruhan karya-karya ini menggunakan gradasi warna monochrome abu-abu kehitaman. Sedangkan konsentrasi pada objek kini tampak kian memberat, yang diperkaya dengan teknik garapan yang lazim digunakan pada lukisan bergaya abstrak.
Secara tematik, pada intinya Tojes mengangkat fenomena seputar feminiminitas, genital dan sesksualitas perempuan, dimana lazimnya hal ini dianggap sebagai sesuatu yang sangat halus, lembut bahkan juga lemah. Tetapi Tojes melihatnya dari sisi yang berbeda. Baginya justru ada energi besar, ada dinamika yang luar biasa tersimpan dibalik semua itu. Pada Denyut misalnya, tampak bagaimana ia menggambarkan betapa sebuah energi berproses, tumbuh dan terus berkembang dalam rahim perempuan, yang lazim kita kenal sebagai cikal bakal kehidupan. Demikian Tojes melihat sampel kekuatan tersembunyi dalam dunia feminimitasnya perempuan.

Irwandi
Sejak mulai aktif berkarya pada tahun 1994 hingga kini, boleh di bilang karya-karya perupa yang satu ini masih eksis dengan corak abstraknya. Tentu saja bukan berarti tanpa dinamika kreatif sama sekali. Bila dicermati, secara umum setidaknya ada dua kecendrungan baru pada karya-karyanya beberapa tahun terakhir. Pertama, tidak seperti biasa yang warna-warnanya cendurng beraroma tragedi, mistis dan introvert, sekarang karya-karyanya cendrung menampilkan warna-warna segar, cerah dan berkesan optimis. Kedua, ada kecendrungan membagi ruang atau pun objek dengan bidang-bidang besar yang ditimpali gradasi warna yang harmonis, yang lazim terlihat pada lukisan bergaya realisme foto, yang banyak kalangan menilai diadopsi dari trend teknik photography, photo art, dan sejenisnya. Di samping teknik garapannya yang mumpuni, ini tentu sebuah upaya kreatif dalam mencari nilai tambah dan kejutan visual pada karya-karyanya.
Pada pameran ini Irwandi tampil dengan karyanya Di bawah Bayang-bayang Merah, Menjemput Musim dan Di Antara Bayang dan Batasan Biru. Mirip dengan visualisasi karyanya, judulnya pun penuh abstraksi, padat dan puitik. Pada intinya karya-karya ini merupakan abstraksi dari nilai-nilai, relasi sosial, semangat, dan visi pencerahan. Di Bawah Bayang misalnya, menggambarkan betapa pentingnya sebuah bayang-bayang dalam menunjang keberadaan sosok bendanya sendiri. Demikianlah sebuah metafor dari kompleksitas relasi sosial. Mulai dari masyarakat DPR hingga rakyat paling bawah sekali pun misalnya, tidak bisa dipungkiri ada inter-relasi yang saling berkontribusi membangun jejaring dan tatanan sosial masyarakat secara menyeluruh. Demikian juga dengan Menjemput Musim. yang menampilkan irama dan gerak objek sederhana dengan latar gradasi monochrome hijau, abstraksi sebuah spirit pembaruan yang menggeliat ingin keluar dari suatu kukungan menuju pencerahan.

Nasrul
Boleh dibilang karya perupa yang satu ini tampaknya sedang mengalami sebuah proses dan dinamika kreativitas. Bermula dari karya-karyanya bercorak kaligrafi, secara perlahan pada karya-karya berikutnya bergeser menjadi pseudo kaligrafi (yang kelihatan seperti kaligrafi), dan akhirnya pada hari ini kesan kaligrafi itu seakan mulai menghilang.
Bila dicermati, satu hal yang tidak beregeser dari karya-karyanya hingga hari ini yaitu pada penggarapannya, yang amat kaya dengan eksperimentasi teknik (tekstur). Memang secara visual, karya-karya Nasrul tidak menonjol dari segi objek, seperti pada karya-karya yang sengaja mengumbar keriuhan objek. Namun teknik garapan (tekstur) ini seakan menjadi brand dan daya pikat utama pada karya-karyanya.
Kali ini karya-karya Nasrul tampil dengan judul Pancang Emas Di Batas Cakrawala 2, Pancang Emas Di Batas Cakrawala 3 dan Pancang Emas Di Batas Cakrawala 4. Judul-judul karya ini seakan menggambarkan sebuah tema yang senada, paling tidak sebuah tema berseri. Secara visual tampilan karya-karya ini memang tidak jauh berbeda. Bulan besar memerah, latar gelap, hamparan alam dan pasir putih di kejauhan, gunung tandus yang di sekujur badannya tersebar lobang-lobang magma memerah, menjadi objek kunci karya-karya ini. Sekilas karya-karya ini berkesan tenang, namun bila dicermati lebih khidmat, perlahan seakan ada suasana ganjil menikam dari dalam, ada suatu rasa yang bergetar. Karya-karya ini merupkan refleksi dari sebuah pancang, yang merupakan batas atau wilayah yang berfungsi sebagai pengingat kesadaran. Namun entah kenapa pancang ini selalu bergeser entah sampai ke mana, sehingga sebuah peristiwa, sebuah kealfaan hari kemarin selalu berulang dan tumpang tindih merasuki kesadaran hari ini.

Zirwen Hazry
Zirwen, dapat dikatakan termasuk perupa yang amat mengutamakan kecakapan teknik melukis (mengambar), yang lazimnya sangat diandalkan bahkan menjadi prasyarat dalam lukisan bergaya realis, terutama realisme mooi indie. Berbagai aspek penggarapan seperti anatomi, proporsi, perspektif, prinsip pencahayaan, plastisitas objek dan sebagainya, tidak luput dari perhatian. Namun harus dicatat bahwa ia bukan melukis untuk pencitraan realis dalam pengertian konvensional. Secara visual karya-karyanya memang menampilkan dan menggarap objek-objek secara realistik (umumnya vigur bocah), namun objek-objeknya bukan ditata pada pentas (hamparan) realitas yang alami. Yang dihadirkan adalah kolaborasi antara realitas, citra dan kehendaknya sendiri. Hasilnya adalah sebuah realitas yang sudah diutak-atik, realitas yang ganjil, kontradiktif, penuh ironi dan kadang juga lucu.
Kali ini Zirwen tampil dengan karya-karyanya yang berjudul Ironi Kehidupan, Menjadi tamu di rumah Sendiri, dan Katakan dengan Senyum. Setting objek karya-karya ini tampak sangat dramatik, laksana sebuah panggung drama yang sengaja ditata sedemikian rupa dengan konsep dan visi tertentu. Tingkah vigur dan asesoris visual sekitarnya tampak menggambarkan sebuah simbolisasi pesan yang cukup kritis dan mengelitik. Sebuah introspeksi yang jujur atas kealfaaan, kebodohan, juga kemunafikan diri sendiri, yang secara totalitas akhirnya bisa merugikan diri, masyarakat dan juga bangsa sendiri. Bahkan karena sikap itu juga bisa membuat kita terpuruk jauh dari kemajuan. Pada Menjadi Tamu di Rumah Sendiri misalnya, tampak bagaimana sebuah bola bilyar (sebagai simbol sebuah permainan, sebuah imperialismne budaya luar) begitu entengnya merasuki, membuai dan akhirnya menjajah dunia anak-anak. Yah… sebuah ironi yang cukup mengiris kesadaran!

Biaro, 18 Mei 2007Erianto Anas
Sumber : Katalog Pameran Koor Pentagona + (4-9 Juli 2007 di Taman Budaya Sumatera Barat)
smk4-padang.sch.id/mod.php?mod=publisher&op.

BIBLIOGRAPHY PENTAGONA+


Klepto

PENTAGONA+

OLEH: IBRAHIM
Minangkabau bisa menjadi neraka bagi para seniman ketika mereka hanya bisa meratapi keadaan, dan Ranah Minang bisa berubah menjadi surga apabila kesadaran akan merubah keadaan selalu menggerogoti kemalasan yang ada. Yang tak kalah penting adalah semangat kebersamaan harus terus dibuktikan dengan cara menawarkan gagasan-gagasan serta proses pencerdasan pemikiran dalam pengkomunikasian karya-karya ke hadapan publik.
Seperti pameran yang bertajuk Koor yang diselenggarakan oleh pihak Taman Budaya Padang pada tanggal 4 s.d. 9 Juni 2007 dengan memamerkan karya seniman Pentagona+. Event yang mengandung hasrat pembuktian keberadaan serta menciptakan iklim yang kompetitif di kalangan pelaku seni di Minangkabau, ini juga merupakan sebuah pertanggungjawaban moral seniman ke hadapan publik.
Pentagona yang berdiri pada tahun 2003 merupakan kelompok yang di huni oleh lima orang pelukis yaitu, Zirwen Hazri, Nasrul, Harisman Tojes, Amrianis, Dwi Agustyono, dan Irwandi. Namun seiring perjalanan dan perkembangan kelompok ini, maka pada pameran yang bertajuk Koor mereka mencoba menampilkan hal yang berbeda dengan melibatkan/menambah personilnya (Nasrul). Dengan demikian evolusi substansi yang berawal Pentagona doang bergeser menjadi Pentagona+.
Terlepas dari pernyataan eksplisit kelompok ini, Pentagona+ juga tergolong unik atau bisa jadi aneh. Dengan perbedaan kecendrungan dan karakter karya yang ada mereka mampu hadir secara bersamaan dan saling mengisi. Apakah mereka berkumpul dengan wadah yang diberi nama pentagona+ ini berdasarkan kesamaan visi atau karena kesejajaran popularitas. Apapun itu dengan hadirnya Pentagona+ dalam percaturan seni rupa Ranah Minang, juga mengandung harapan agar kelompok yang mereka bentuk dapat dipertimbangkan dalam pergulatan seni rupa Indonesia. Sehingga nantinya keadaan di Ranah Minang sendiri menjadi terangsang untuk terus berkompetisi dan berkontribusi.
Menilik Koor yang dikuratori oleh Erianto Anas dan Syafwan Ahmad bisa dikatakan proses analog yang diadobsi dari mereka yang berkecimpung di wilayah musik. Di sini Koor diartikulasikan atau usaha mencaplok spirit pada kelompok paduan suara (vocal group), yang para pesertanya saling melantunkan suara, nada, rasa, bahkan gerak bila perlu, secara bersama. Di sini juga melakukan pendekatan pada ungkapan senada kendati karya yang ada memiliki kecenderungan yang berbeda. Tetapi koor juga tidak melakukan pemisahan bahkan meniadakan ”satu rupa tunggal”, apalagi saling melabrak, melainkan pengelolaan pluralisme dan kebebasan kreatifitas.
Begitu juga yang diantar oleh Syafwan Ahmad dalam pameran ini bahwasanya Koor merupakan produk kontemplasi atau semacam manifest kebudayaan. Sebuah manifes dan pilihan yang tak mudah dalam tingkat implementasinya, mengingat Minangkabau dan iklim berkesenian yang pada umumnya belum kondusif, dalam pengertian masyarakat maupun pihak terkait masih bersikutat dalam upaya pemenuhan kebutuhan pokok dan penekanan aspek dan prioritas lainnya. Sehingga paradoks yang bersimpul pada permasalahan menghidupkan seni, bukan seni yang memberi penghidupan, juga tak lepas dari isu-isu yang mengukur langkah dari pameran Koor ini. Indikasi yang mencuatkan proses seni yang dilakukan seperti layaknya sebuah ibadah yang bermuara pada kepuasan intelektual dan spiritualitas belaka.
Sejauh yang diutarakan baik oleh kurator maupun peserta pameran Koor, secara alamiah juga terjadi persaingan dalam konteks merebut perhatian publik. Ini jelas tak terlepas dari tingkat eksplorasi teknis dalam mengolah bentuk-bentuk. Namun hal yang cukup mempengaruhi karya-karya pada pameran kali ini adalah bias-bias dari kecenderungan karya-karya yang sedang hit di belantika seni rupa Indonesia. Namun beberapa dari mereka tetap konsisten melaluai tahap-tahap perkembangan yang mereka jalani, alias tidak melompat-lompat ke sana ke mari dalam mencari identitas kekaryaannya.
Di samping itu, juga tidak mengherankan di antara personal yang ada mengejala pembedaan kesadaran yang kentara dalam pengayaan pada konteks pengembangan wacana. Sebagian dari mereka dengan penuh kesadaran menyatakan baik secara implisit ataupun eksplisit pentingnya pemikiran yang tentunya nanti akan membantu mereka sendiri agar lebih cerdas dalam menawarkan gagasan. Namun sebagian kecil dari kelompok ini juga memperlihatkan dan bahkan dengan percaya diri mengatakan secara terang-terangan bahwa tak ada yang penting selain penghargaan finansial. Namun hebatnya mereka, perbedaan pemahaman yang kontras antara sesama mereka tersebut, tidak menjadikan semua itu sebagai bumerang dalam proses perkembangan berkelompok. Sebab hanya satu yang ada di benak mereka, yaitu saya berbuat bukan karena siapa-siapa, dan saya, kami ada karena kami berkarya. Dengan segala kelebihan dan kekurangan dalam pameran ini, hal terpenting yang ingin mereka bangun adalah untuk melahirkan motifasi dan pengkondisian pemahaman terhadap kebutuhan personal mapun berkelompok serta masyarakat.
Dimuat di majalah Visual Art edisi Agustus - September 2007 belanak.wordpress.com/2007/08/26/klepto_pentagona

06 Juli, 2009

Biodata Seniman PENTAGONA+












BIODATA SENIMAN
PENTAGONA +








AMRIANIS
Tempat,Tanggal Lahir : Pariaman, 4 Juli 1960
Alamat : Komp. Mega Permai 1 Blok D2/21
Lb.Buaya Padang
Nomor Telpon : 0751-483569 / 081363307425

Alumnus INS Kayutanam, SMSR Padang dan Jurusan Seni Rupa FPBS IKIP Padang. Aktif berkarya semenjak tahun 1975 dan berpameran di berbagai kota di pulau Sumatera, Jawa dan Malaysia. Finalis Philip Morris Art Award 2001 Indofood Art Award 2002.

Aktifitas Pameran Terakhir Sejak Tahun 2000

2000 - Pameran Seni Rupa se-Sumatera di Galeri Nasional Indonesia
Jakarta
- Pameran Seni Lukis se-Sumatera VIII di Jambi
2001 - Pameran Seni Rupa Modern Nusantara I di Galeri Nasional
Indonesia Jakarta
- Pameran Lukisan di Penang-Malaysia
- Pameran Seni Rupa Sumbar di Genta Budaya Sumbar
- Pameran Finalis Philip Morris Art Awrds di Jakarta
2002 - Pameran Membaca Geliat Seni Rupa Sumbar Kini di Sarasah Art
Gallery Padang
- Pameran Seni Rupa Alumni SSRI/SMSR Padang di Taman
Budaya Sumbar
- Pameran Besar Seni Rupa Sumbar di Taman Budaya Sumbar
- Pameran Finalis Indofood Art Awards di Jakarta
- Pameran Seni Rupa Modern Nusantara II di Galeri Nasional
Indonesia Jakarta
2003 - Pameran “ Kontemplasi Segilima “ Kelompok Pentagona
Bumiminang Hotel. Padang
2004 - Pameran “ Mempertimbangkan Tradisi” Perupa Minangkabau
Galerry Nasional Jakarta.
- Pameran” Sumatera Artist View Democracy” US Embassy –
Rumah Seni Rajawali. Medan Club. Medan
- Pameran “ KETEK “ 13 Pelukis. Taman Budaya Sumatera Barat.
- Pameran “ Serumpun Karya,Seuntai Rupa Dua Kota “
Bandar Serai. Pekanbaru. Riau.

- Pameran “ Sumatranformation “ Art Expo 2004. GOR Saburai.
Lampung
- Pameran “ Pekan Budaya Minangkabau 2004” Taman Budaya
Sumbar
2005 -Pameran Fund Raising Bencana Tsunami. Bentara Budaya.Jakarta.
- Pameran Fund Raising Bencana Tsunami .Rumah Seni Rajawali.
Medan
- Pameran Seni Rupa Perupa Kota Padang. Taman Budaya
Sumbar
- Pameran Lukisan” Seni Takambang Jadi Guru “
Vanessa Art Link. Graha M I K .Taman Perkantoran Kuningan
. Jakarta.
- Pameran Lukisan Big in Pluralizm” di Taman Budaya Sumbar
2006 - Pameran “Migrasi Tradisi” Bandar Lampung
- Pameran Ngarai 150 Tahun Seni Lukis Sumatera Barat di Galeri
FBSS UNP
- Pameran Ngarai 150 Tahun Seni Lukis Sumatera Barat di Gedung
Perpustakaan Bung Hatta Bukittinggi
- Pameran Bersama 12 Pelukis Sumatera Barat di Taman Budaya
Sumbar
- Pameran Pekan Budaya Sumatera Barat 2006 di Taman Budaya
Sumbar
2007 - Pameran Sa-Rantak Pelukis Sumatera Barat di Semar Art Gallery
Malang
- Pameran “koor” Kelompok PENTAGONA+ di Taman Budaya Sumbar
- Pameran lukisan “Pa.no.ra.ma” Grand Opening Shigi Art Gallery di Bukittinggi
- Pameran Lukisan dan Dialog Perupa se-Sumatera XIV di Jambi
- Seni Rupa “Anak Bangsa”, Semar Art Gallery, Senayan City Jakarta
2008 - Pameran Manifesto 2008 Galeri Nasional Indonesia .
- Pameran Lukisan Soft Opening Galeri Taman Budaya Sumbar
- Apresiasi URBAN, Taman Budaya Padang
2009 - Pameran TRAPESIUM Edwin Gallery Jakarta
- Pameran Neo Minang Genta Budaya Gallery Padang


Penghargaan

2001 Finalis Philip Morris Art Awrds di Jakarta
2002 Finalis Indofood Art Awards di Jakarta







DWI ( OON) AUGUSTYONO

Tempat / Tanggal lahir: Padang Panjang 12 Agustus 1963
Studio : Jalan Kepala Koto RT.03/RW/01 No.16
Kel.Kepala Koto.Kec.Pauh.Kota Padang
Telpon: 0751.74906 / 08126617720 / 081535351117
e`mail;
augustyono@yahoo.co.id



Aktifitas Pameran Terakhir :

2009
1. Pameran TRAPESIUM Edwin Gallery .Jakarta
2. Pameran Neo Minang .Genta Budaya Gallery Padang
2008.

Pameran Indonesian Art Award For Teacher 2008 .PPPGK Yogyakarta
Pameran Manifesto. 20 Mei 2008 Galeri Nasional Jakarta
Pameran Lukisan Grand Opening Galeri Taman Budaya Sumatera Barat
Pameran Apresiasi Urban Taman Budaya Sumatera Barat

2007.

Pameran Lukisan SA- RANTAK . Semar Art Gallery Malang
Pameran Lukisan “ KOOR “ Kelompok PENTAGONA + . Taman Budaya Sumatera Barat .
3. Pa.no.ra.ma, Grand Opening Sighi Art Gallery, Bukittinggi
Pameran Lukisan Sumatra Art Cotemporary. Jambi
Seni Rupa “Anak Bangsa”, Semar Art Gallery, Senayan City Jakarta

2006

Pameran Seni Rupa “ Migrasi Tradisi “ GOR Saburai Lampung
Pameran “Ngarai” 150 Tahun Seni Lukis Sumatera Barat .Galery FBSS UNP Padang.
Pameran “ Ngarai “ 150 Tahun Seni Lukis Sumatera Barat. Gedung Pustaka Bung Hatta .Bukittinggi.
Pameran Bersama 12 Pelukis Sumatera Barat. Taman Budaya Sumatera Barat.
Pameran Lukisan Pekan Budaya Sumatera Barat 2006. Taman Budaya Sumatera Barat.

2005

Pameran Lukisan Fund Raising Bencana Tsunami. Rumah Seni Rajawali.Medan
Pameran Lukisan Fund Raising Bencana Tsunami .Bentara Budaya Jakarta.
Pameran Seni Rupa Perupa Kota Padang. Taman Budaya Sumbar.
Pameran Lukisan “ Art Progressing as a Preceptor “ Vannesa Art Link.Graha M I K Kuningan.Jakarta.
Pameran Lukisan “ Big in Pluralizm “ Taman Budaya Sumatera Barat.
Pameran Lukisan “Stimulus Refleksi.” Vedac Gallery Yogyakarta.

2004

Pameran Seni Rupa Minangkabau “ Mempertimbangkan Tradisi.” Gallery Nasional Jakarta.
Pameran Seni Rupa FBSS.UNP Padang.Gallery UNP Padang.
Pameran “ KETEK “ 13 Pelukis Sumatera Barat.Taman Budaya Sumbar.
Pameran Lukisan “ Sumatra Artist View Democracy “ US Embassy – Rumah Seni Rajawali Medan. Medan Club Medan.
Pameran Seni Rupa “Sumatranformation” Art Expo 2004.Gor Saburai Lampung.
Pameran Lukisan “ Seuntai Rupa Dua Kota “ Bandar Serai Pekanbaru.
Pameran Lukisan “ Pekan Budaya Minangkabau 2004 “ Taman Budaya Sumatera Barat.

2003

Pameran Lukisan “ Kontemplasi Segilima “ Kelompok PENTAGONA. Bumiminang Hotel.Padang
PSRDPS se Sumatera .Jambi

2002

Pameran Seni Rupa “ Membaca Geliat Seni Rupa Sumbar Kini “ Gallery Sarasah Padang
Pameran Besar Seni Rupa Sumbar.Taman Budaya Sumatera Barat
Pameran Seni Rupa “ Pesona Budaya Jambi “ .Jambi

2001

Pameran Seni & Kerajinan SMK Negeri 8 Padang.Genta Budaya Padang.

2000

Pameran Seni & Kerajinan Misi Budaya Sumbar.III.University Kuala Lumpur Malaysia.

Penghargaan

2003 Finalis Indofood Art Award 2003 di Jakarta
2008 Nominasi Indonesian Art Award For Teacher 2008




HARISMAN ‘TOJES’
Tempat,Tanggal Lahir : Batusangkar, 10 Oktober 1958
Alamat : Villa Angrek E-10 Kelurahan Air Dingin Kecamatan Koto
Tangah Padang
Nomor Telpon : 081374668077

Alumnus Jurusan Seni Rupa IKIP Padang, aktif berkarya dan pameran semenjak tahun 1980 sampai sekarang.

Aktifitas Pameran Terakhir Sejak Tahun 2000

2000 - Pameran Seni Rupa se-Sumatera di Galeri Nasional Indonesia Jakarta
- Pameran Seni Rupa dan Sarasehan Seni Rupa Indonesia di Gresik
- Pameran Seni Lukis se-Sumatera VIII di Jambi

2001 - Pameran Seni Rupa Modern Nusantara I di Galeri Nasional Indonesia
Jakarta
- Pameran Lukisan di Penang-Malaysia
- Pameran Seni Rupa Sumbar di Genta Budaya Sumbar

2002 - Pameran Membaca Geliat Sni Rupa Sumbar Kini di Sarasah Art
Gallery Padang
- Pameran Seni Rupa Alumni SSRI/SMSR Padang di Taman Budaya
Sumbar
- Pameran Besar Seni Rupa Sumbar di Taman Budaya Sumbar
- Pameran Seni Rupa Modern Nusantara II di Galeri Nasional Indonesia
Jakarta
- Pameran Finalis Indofood Art Awards di Jakarta

2003 - Pameran “ Kontemplasi Segilima “ Kelompok Pentagona
Bumiminang Hotel. Padang

2004 - Pameran “ Mempertimbangkan Tradisi” Perupa Minangkabau
Galerry Nasional Jakarta.
- Pameran” Sumatera Artist View Democracy” US Embassy – Rumah
Seni Rajawali. Medan Club. Medan
- Pameran “ KETEK “ 13 Pelukis. Taman Budaya Sumatera Barat.
- Pameran “ Serumpun Karya,Seuntai Rupa Dua Kota “
Bandar Serai. Pekanbaru. Riau.
- Pameran “ Sumatranformation “ Art Expo 2004. GOR Saburai.Lampung
- Pameran “ Pekan Budaya Minangkabau 2004” Taman Budaya Sumbar

2005 - Pameran Fund Raising Bencana Tsunami Rumah Seni Rajawali Medan
- Pameran Seni Rupa Perupa Kota Padang. Taman Budaya Sumbar
- Pameran Lukisan” Seni Takambang Jadi Guru “Vanessa Art Link.
Graha M I K .Taman Perkantoran Kuningan. Jakarta.
- Pameran Lukisan Big in Pluralizm” di Taman Budaya Sumbar
- Pameran Lukisan “Stimulasi Refleksi” Vedac Gallery PPPG Kesenian
Yogyakarta

2006 - Pameran “Migrasi Tradisi” Bandar Lampung
- Pameran Ngarai 150 Tahun Seni Lukis Sumatera Barat di Galeri
FBSS UNP
- Pameran Ngarai 150 Tahun Seni Lukis Sumatera Barat di Gedung
Perpustakaan Bung Hatta Bukittinggi

2008 - Pameran Sa-Rantak Pelukis Sumatera Barat di Semar Art Gallery Malang
- Pameran “koor” Kelompok PENTAGONA+ di Taman Budaya Sumbar
- Pameran lukisan “Pa.no.ra.ma” Grand Opening Shigi Art Gallery di
Bukittinggi
- Pameran Lukisan dan Dialog Perupa se-Sumatera XIV di Jambi

2008 - Pameran Manifesto 2008 Galeri Nasional Indonesia .
- Pameran Lukisan Soft Opening Galeri Taman Budaya Sumbar
- Apresiasi URBAN, Taman Budaya Padang

2009 - Pameran TRAPESIUM Edwin Gallery Jakarta
- Pameran Neo Minang Genta Budaya Gallery Padang



Penghargaan

1999 Karya Terpilih pada Pameran Seni Lukis se-Sumatera VII di Jambi
2000 Karya Pilihan pada Pameran Seni Lukis se-Sumatera VIII di Jambi
2001 Finalis Indofood Art Awards 2002 di Jakarta










IRWANDI
Tempat / Tgl lahir : Bukittinggi 21 Sept 1973
Alamat : Jl Padangpanjang 1 No 201 Siteba, Padang
Hp. 08126732306

Alumnus SMSR Padang dan Jurusan Seni Rupa UNP Padang, aktif berkarya semenjak tahun 1994 berpameran di kota-kota di Sumatera,Jawa dan Malaysia., juga merupakan salah satu pendiri Komunitas Seni Rupa Belanak.

Aktifitas Pameran Terakhir
2008 1.Pameran Manifesto 2008 Galeri Nasional Indonesia .

2007 1. Pameran Sa-Rantak Pelukis Sumatera Barat di Semar Art Gallery
Malang
2. Pameran Lukisan “ KOOR “ Kelompok PENTAGONA + .
Taman Budaya Sumatera Barat .
3. Pa.no.ra.ma, Grand Opening Sighi art Gallery, Bukittinggi
4. Pameran Lukisan Sumatra Art Cotemporary. Jambi
5. Seni Rupa “Anak Bangsa”, Semar Art Gallery, Senayan City Jakarta

2006
1. Pameran Seni Rupa “ Migrasi Tradisi “ GOR Saburai Lampung
2. Pameran “Ngarai” 150 Tahun Seni Lukis Sumatera Barat .Galery FBSS UNP Padang.
3. Pameran “ Ngarai “ 150 Tahun Seni Lukis Sumatera Barat. Gedung Pustaka Bung Hatta .Bukittinggi.
4. Pameran Bersama 12 Pelukis.Taman Budaya Sumatera Barat.
5. Pameran Lukisan Pekan Budaya Sumatera Barat 2006. Taman Budaya Sumatera Barat.
2005
1. Pameran Lukisan Fund Raising Bencana Tsunami. Rumah Seni Rajawali.Medan
2. Pameran Lukisan Fund Raising Bencana Tsunami .Bentara Budaya Jakarta.
3. Pameran Seni Rupa Perupa Kota Padang. Taman Budaya Sumbar.
4. Pameran Lukisan “ Big in Pluralizm “ Taman Budaya Sumatera Barat.Pameran Seni Lukis Komunitas Perupa Bukittinggi. Bukittinggi
5. Pameran Bersama Gallery UNP Padang
6. CP Open Bienalle 2005. ( KSR Belanak ) Museum BI.Jakarta.

2004
1. Pameran “ Mempertimbangkan Tradisi” Perupa Minangkabau Galerry Nasional Jakarta.
2. Pameran” Sumatera Artist View Democracy” US Embassy – R. Seni Rajawali Medan Club. Medan
3. Pameran “ KETEK “ 13 Pelukis. Taman Budaya Sumatera Barat.
4. Pameran “ Sumatranformation “ Art Expo 2004. GOR Saburai. Lampung
5. Pameran Kecil KSR Belanak. GOR UNP Padang.

2003
1. Pameran Lukisan “ kontemplasi Segilima” Kelompok Pentagona. Bumiminang Hotel. Padang.
2. Pameran seni Rupa “ First Step”KSR Belanak. Gallery Sarasah Padang.
3. PSRDPS se Sumatera .Jambi

2002
1. : Membaca Geliat Seni rupa SUMBAR kini, di Gallery SARASAH
2. : Pameran Seni Rupa Alumni SSRI /SMSR Taman Budaya Padang
3. : Pameran Besar Seni Rupa SUMBAR di Taman Budaya Padang
4. : Pameran Seni Rupa “Idea Lokal Seni Rupa Nusantara II” Gallery Nasional Jakarta

2001
1. Pameran Seni Rupa di Nuansa Hotel Pantai Padang
2. Pameran Seni Rupa Modern Nusantara I di Gallery Nasional Jakarta.
3. Pameran seni lukis di Penang, Malaysia.
4. Pameran Bersama di Taman Budaya Padang.

2000
1. Pameran Seni rupa Se-Sumatera VIII di Jambi
2. Pameran Bersama di Balai Sidang Bung Hatta Bukittinggi
3. Pameran Seni rupa Se-Sumatera di Gallery Nasional Jakarta.











NASRUL
Bukittinggi, 6 Agustus 1962
Alamat : Komp. Palapa Saiyo B-8 No.9 Pasar Usang
Kab. Padang Pariaman SUMBAR 25586
Telp/HP : (0751) 480451 / HP: 0813 6343 1362
Email : nasrulpalapa@ymail.com
Website :
http://nasrulpalapa.blogspot.com/

Alumnus Jurusan Seni Rupa IKIP Padang, sekarang sebagai staf pengajar di SMIK (SMK N 8) Padang. Anggota Kelompok Seni Rupa EMPAT dan PENTAGONA+, pendiri Komunitas Seni LOSBARO. Aktif berkarya dan pameran sejak tahun 1986 sampai sekarang

Pengalaman Pameran:
Aktif berpameran diberbagai kota sejak tahun 1986. Diantaranya:

2001 – Pameran lukisan Penang Fair, Malaysia
- Festival Pesisir, Genta Budaya, Padang

2002 - Pameran Besar Seni Rupa Sumbar, Taman Budaya Sumbar, Padang
- Pesona Budaya, Jambi

2003 - Pesona Ranah Minang (Kelompok 4), Bumiminang Hotel,Padang
- Pameran Kaligrafi Sumbar, Taman Budaya, Padang

2004 - ‘Mempertimbangkan Tradisi’ Galeri Nasional Indonesia, Jakarta
‘Sumatra Artists View Democracy’ Rumah Seni Rajawali, Medan
‘ Ketek’, Taman Budaya Padang
‘Sumatranformation’, Art Expo, Bandar Lampung
‘Jelajah Ruang’,Taman Budaya Padang
‘Pekan Budaya Minangkabau’,Taman Budaya Padang
2005 - ‘...untuk Aceh’,Bentara Budaya, Jakarta
– ‘Fund Raising’ Rumah Seni Rajawali, Medan
- Pameran Perupa Kota Padang, Taman Budaya Padang.
- ‘Stimulasi Refleksi’ Galeri Vedac, Yogyakarta.
- ‘Big in Pluralizm’ Taman Budaya Padang.

2006 - ‘Migrasi Tradisi’ Bandar Lampung.
- ‘Ngarai Sianok’ 150 tahun Seni Rupa Sumbar, Padang dan Bukittinggi.
- ‘Bersama’ 12 pelukis Sumbar, Taman Budaya Padang.

2007 - ‘Sa-Rantak’, Semar Art Gallery, Malang.
- ‘KOOR’ Pentagona+, Taman Budaya Padang.
-“Post Kaligrafi, KALAM dan PERADABAN”, Jogja Gallery, Yogyakarta.
- Seni Rupa Nusantara “DEMI MA[S]SA”, Galeri Nasional Indonesia,
Jakarta.
- Pa.no.ra.ma, Sighi art Gallery, Bukittinggi.
- PORTOFOLIO, 1st Anniversary of Jogja Gallery, Yogyakarta.
- Seni Rupa “ Anak Bangsa”, Semar Art Gallery, Senayan City, Jakarta.

2008 - Pameran Besar Seni Rupa INDONESIA “Manifesto”, Galeri Nasional
Indonesia, Jakarta.
- Mon Décor Painting Festival 2008, Taman Budaya Yogyakarta dan Galeri Nasional Indonesia,Jakarta
- Pameran “Tekstur Dalam Lukisan”, Jogja Gallery, Yogyakarta.
­­- Apresiasi Urban, Taman Budaya Padang

2009 - Minang Progresif, Genta Gallery, Padang.
- TRAP [ESIUM], Edwin’s Gallery, Jakarta.

Penghargaan:

2008 Finalis Mon Décor Painting Festival 2008
2008 Nominasi Indonesian Art Award For Teacher

















ZIRWEN W HAZRI
Tempat,Tanggal Lahir : Taratak ( Payakumbuh-Sumbar), 21 Maret 1968
Alamat : Jln. S. Parman 1 No.15 Padang 25133 Sumbar
Telpn/Hp : 0751-7056180 / 08126798622
Email : sananta_07@yahoo.co.id

Lulusan SMSR Padang Jurusan Seni Lukis (1988) dan Jurusan Seni Rupa FPBS IKIP Padang (1996). Staf pengajar di SMSR (SMK N 4) Padang pada Program Studi Seni Lukis sejak th. 2000 s.d sekarang.

KONSEP BERKESENIAN
“Berkarya sebagai media pembelajaran untuk mengenal lebih dekat tentang diri. Berpetualang untuk memahami hakikat keindahan dari yang terindah”

AKTIFITAS PAMERAN

2000 - Pameran Seni Rupa se-Sumatera di Galeri Nasional Indonesia Jakarta
- Pameran Seni Rupa dan Sarasehan Seni Rupa Indonesia di Gresik
- Pameran Seni Lukis se-Sumatera VIII di Jambi
2001 - Pameran Seni Rupa Modern Nusantara 1 di Galeri Nasional Indonesia
Jakarta
- Pameran Lukisan di Penang-Malaysia
- Pameran Seni Rupa Sumbar di Genta Budaya Sumbar
2002 - Pameran Membaca Geliat Seni Rupa Sumbar Kini di Sarasah Art Gallery
Padang
- Pameran Seni Rupa Alumni SSRI/SMSR Padang di Taman Budaya Sumbar
- Pameran Besar Seni Rupa Sumbar di Taman Budaya Sumbar
- Pameran Seni Rupa Modern Nusantara II di Galeri Nasional Indonesia
Jakarta
2003 - Pameran “Kontemplasi Segilima“ Kelompok Pentagon Bumiminang Hotel
Padang
- Pameran Finalis Indonesia/Asean Art Award 2003. Gedung Sekretariat
Asean Jakarta
2004 -Pameran “Multi Sub Culture“ Berlin -Jerman
- Pameran “Mempertimbangkan Tradisi” Perupa Minangkabau di Galeri
Nasional Indonesia Jakarta.
- Pameran ”Sumatera Artist View Democracy” US Embassy - Rumah Seni
Rajawali. Medan Club. Medan
- Pameran “KETEK“ 13 Pelukis. Taman Budaya Sumatera Barat.
- Pameran “Serumpun Karya, Seuntai Rupa Dua Kota“Bandar Serai.
Pekanbaru. Riau.
- Pameran “Sumatransformation“ Art Expo 2004 GOR Saburai. Lampung
- Pameran “Pekan Budaya Minangkabau 2004” Taman Budaya Sumbar
2005 - Pameran Fund Raising Bencana Tsunami. Bentara Budaya Jakarta.
- Pameran Fund Raising Bencana Tsunami .Rumah Seni Rajawali. Medan
- Pameran Roadshow “Realistage” Bandung, Malang, Magelang.
- Pameran Seni Rupa Perupa Kota Padang. Taman Budaya Sumbar
- Pameran Lukisan ”Seni Takambang Jadi Guru“Vanessa Art Link.
Graha M I K .Taman Perkantoran Kuningan. Jakarta.
- Pameran Lukisan “Big in Pluralizm” di Taman Budaya Sumbar
- Pameran Lukisan “Stimulasi Refleksi” Vedac Gallery PPP Kesenian
Yogyakarta
2006 - Pameran “Migrasi Tradisi” Bandar Lampung
- Pameran THE GATE : PRE-DISCOURSE di Semar Art Gallery Malang
- Pameran THE GATE : PRE-DISCOURSE di Hu Bei Art College-Wu Han –
China
- Pameran “Ngarai Sianok-Differenza in Dentro uno Passa”
di Perpustakaan Bung Hatta Bukittinggi
- Pameran Pekan Budaya Sumatera Barat 2006 di Taman Budaya Sumbar
2007 - Pameran “Sa-Rantak” Pelukis Sumatera Barat di Semar Art Gallery Malang
- Pameran “koor” Kelompok PENTAGONA+ di Taman Budaya Sumbar
- Pameran lukisan “Pa.no.ra.ma” Grand Opening Shigi Art Gallery di Bukittinggi
- Pameran “Boeng Ajo Boeng” 100 Th Affandi di Taman Budaya Yogyakarta
- Pameran Lukisan dan Dialog Perupa se-Sumatera XIV di Jambi
- Seni Rupa “Anak Bangsa”, Semar Art Gallery, Senayan City Jakarta
2008 - Pameran Manifesto 2008 Galeri Nasional Indonesia .
- Pameran Lukisan Mon Décor Festival Art Painting 2008 di Taman Budaya
Yogyakarta dan Galeri Nasional Indonesia – Jakarta
- Pameran Seni Rupa pada Pekan Budaya Sumatera Barat di Galeri Taman
Budaya Sumatera barat.
- Pameran Finalis Lomba Lukis Karya Guru Tingkat Nasional Tahun 2008
pada Festifal Seni Internasional II di PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta
2009 - Pameran Trapesium (perupa Minangkabau) di Edwin Gallery Jakarta


PENGHARGAAN

1995 Juara1 Lomba Lukis “Potet Pejuang” se-Sumatera Barat di Moseum Adityawarman-Padang
1999 Karya Terpilih pada Pameran Seni Lukis se-Sumatera VII di Jambi
2000 Karya Pilihan pada Pameran Seni Lukis se-Sumatera VIII di Jambi
2003 10 Besar Finalis Kompetisi Indonesia/Asean Art Awards 2003 di Gedung Sekretariat Asean Jakarta
2008 Juara 1 Lomba Lukis Karya Guru Tingkat Nasional Tahun 2008 pada Festifal
Seni Internasional II di PPPPTK Seni dan Budaya Yogyakarta

PROFIL PENTAGONA+


Profil
PENTAGONA+

PENTAGONA berdiri tahun 2003 adalah merupakan kelompok dari lima orang pelukis ( Amrianis, Dwi Augustyono , Herisman Tojes , Irwandi , Zirwen Hazry ) , yang lahir didasari atas kebutuhan berdiskusi, berdialog dalam mensikapi fenomena-fenomena keseharian untuk kemudian diekpresikan dalam berkarya.

Kelima pelukis yang tergabung dalam Pentagona ini berasal dari latar belakang yang berbeda , dilahirkan di kota yang berbeda dengan budaya yang berbeda pula.Masing-masing memiliki kecendrungan , style dan cara ungkap yang berbeda dalam melahirkan karya lukisnya.
Pada tahun 2007 PENTAGONA dalam pameran yang bertajuk KOOR ,PENTAGONA mencoba tampil dengan format yang sedikit berbeda , dengan menambahkan satu sisi lain yang juga memiliki cara yang berbeda dalam mengungkapkan pokok pikirannya ( Nasrul )
sehingga dinamai PENTAGONA +

Keberagaman cara mengekpresikan pokok pikiran dalam berkarya ini diharapkan akan menjadi kekuatan , dan daya tarik sendiri dalam mengapresiasikan karya kemasyarakat luas.

Pentagona plus Nasrul , adalah perupa-perupa yang berdomisili di Kota Padang, intens berkesenian dan senantiasa berupaya mengapresiasikan karya-karya kemasyarakat , mengikuti pameran kelompok kecil ataupun pameran bersama di Padang , Bukittinggi ,Jakarta ,Yogyakarta ataupun kota-kota lainnya di Indonesia